Kebahagiaan adalah hak. Dan seperti
semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya.
Bersama semua hak, tentu ada
tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab bagi mereka yang dibahagiakan adalah
membahagiakan yang lainnya.
Maka orang yang tidak ingin
tertunda kebahagiaannya, harus mendahulukan tercapainya kebahagiaan orang lain,
otomatis kita pun bahagia.
Marilah kita terima dengan ikhlas,
bahwa kebahagiaan adalah
masalah keputusan.
Hidup yang berbahagia adalah untaian
dari keputusan-keputusan untuk berbahagia, dari satu waktu ke waktu lainnya.
Kita harus segera memutuskan untuk
berbahagia, dan keputusan itu harus tegas.
Karena keputusan yang berdampak baik adalah keputusan baik yang tegas.
Segera setelah kita putuskan untuk
berbahagia, maka semua pikiran, perasaan, dan tindakan kita akan terfokus pada
membahagiakan.
Tegaslah untuk memutuskan bahwa :
“Waktu terbaik untuk berbahagia adalah SEKARANG”.
“Tempat terbaik untuk berbahagia adalah DISINI”.
Dan
“cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain”.
“Tempat terbaik untuk berbahagia adalah DISINI”.
Dan
“cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain”.
Jika kita belum mampu merasa
bahagia, marilah kita hidup dengan cara yang mejadikan kita pantas untuk
berbahagia.
Perasaan kita ditentukan oleh apa
yang kita kerjakan dan yang kita hindari.
Maka jangan hindari pikiran baik,
jangan hindari perasaan yang baik, dan terutama jangan hindari tindakan yang
baik.....
Sebuah cerita :
Suatu ketika dalam sebuah rumah terjadi
kebakaran. Dari dalam rumah terlihat seorang wanita lari keluar rumah, tapi
setelah keluar rumah wanita itu ingat ternyata anaknya yang masih bayi usia 10
bulan masih tertidur di rumah. Seketika itu pula wanita itu lari kedalam rumah
dan mencari anaknya. Panasnya api, dan terkena jatuhan kayu-kayu kecil seakan
tiada artinya. Dan akhirnya anaknya di temukan dan
segera dibawa lari keluar rumah.
Wanita itu dengan luka-luka di tubunya segera membawa anaknya berlari kerumah
sakit terdekat. Sampainya di rumah sakit anak tersebut segera di tangani oleh
dokter2 ahli. Sambil menunggu perawatan dan pengobatan anaknya itu tersebut
duduk sendiri menunggu di depan kamar rawat. Dan disaat itulah dirasakannya
tubuhya mulai terasa sakti, baru disadarinya bahwa ternyata tubuhnya penuh
luka.
Inti dari cerita di atas
adalah......
“Orang yang hidup hanya untuk
dirinya sendiri, akan lebih mudah merasa sedih dan tidak berguna”.
Oleh karena itu, berusahalah
untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan.
“Tujuan hidup kita adalah menjadi sebab bagi
kebahagiaan, bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain”.
Marilah kita (saya dan Anda) hidup untuk membahagiakan
sebanyak mungkin orang lain, maka otomatis (insyaAllah) kita akan dijauhkan
dari kesedihan, dan kita akan dimudahkan untuk menjadi sangat bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar