Minggu, 13 Mei 2012

Cara Terbaik agar Hidup Selalu Bahagia


Kebahagiaan adalah hak. Dan seperti semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya.
Bersama semua hak, tentu ada tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab bagi mereka yang dibahagiakan adalah membahagiakan yang lainnya.
Maka orang yang tidak ingin tertunda kebahagiaannya, harus mendahulukan tercapainya kebahagiaan orang lain, otomatis kita pun bahagia.

Marilah kita terima dengan ikhlas, bahwa kebahagiaan adalah

masalah keputusan.
Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan-keputusan untuk berbahagia, dari satu waktu ke waktu lainnya.
Kita harus segera memutuskan untuk berbahagia, dan keputusan itu harus tegas. Karena keputusan yang berdampak baik adalah keputusan baik yang tegas.

Segera setelah kita putuskan untuk berbahagia, maka semua pikiran, perasaan, dan tindakan kita akan terfokus pada membahagiakan.

Tegaslah untuk memutuskan bahwa :
“Waktu terbaik untuk berbahagia adalah SEKARANG”.
“Tempat terbaik untuk berbahagia adalah DISINI”.
Dan
“cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain”.
Jika kita belum mampu merasa bahagia, marilah kita hidup dengan cara yang mejadikan kita pantas untuk berbahagia.

Perasaan kita ditentukan oleh apa yang kita kerjakan dan yang kita hindari.
Maka jangan hindari pikiran baik, jangan hindari perasaan yang baik, dan terutama jangan hindari tindakan yang baik.....





Sebuah cerita :
Suatu ketika dalam sebuah rumah terjadi kebakaran. Dari dalam rumah terlihat seorang wanita lari keluar rumah, tapi setelah keluar rumah wanita itu ingat ternyata anaknya yang masih bayi usia 10 bulan masih tertidur di rumah. Seketika itu pula wanita itu lari kedalam rumah dan mencari anaknya. Panasnya api, dan terkena jatuhan kayu-kayu kecil seakan tiada artinya. Dan akhirnya anaknya di temukan dan
segera dibawa lari keluar rumah. Wanita itu dengan luka-luka di tubunya segera membawa anaknya berlari kerumah sakit terdekat. Sampainya di rumah sakit anak tersebut segera di tangani oleh dokter2 ahli. Sambil menunggu perawatan dan pengobatan anaknya itu tersebut duduk sendiri menunggu di depan kamar rawat. Dan disaat itulah dirasakannya tubuhya mulai terasa sakti, baru disadarinya bahwa ternyata tubuhnya penuh luka.

Inti dari cerita di atas adalah......
“Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, akan lebih mudah merasa sedih dan tidak berguna”.

Oleh karena itu, berusahalah untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan.


“Tujuan hidup kita adalah menjadi sebab bagi kebahagiaan, bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain”.

Marilah kita (saya dan Anda) hidup untuk membahagiakan sebanyak mungkin orang lain, maka otomatis (insyaAllah) kita akan dijauhkan dari kesedihan, dan kita akan dimudahkan untuk menjadi sangat bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar